... SEBUAH KISAH NYATA, .. "2,3 ATAU 3,2 MILYAR YA ..?" ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … dan Allah telah mengajarkan kepadamu apa
yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu
(QS. 4:113)
Saya mengenal sosok Syafe’I adalah seorang yang
rajin beribadah. Di sebuah masjid perkantoran di bilangan Jendral
Sudirman Jakarta di mana saya sering bersilaturahmi.
Kerap saya dapati
Syafe’I selalu pada shaf pertama setiap kali shalat berjamaah
dilangsungkan. Dia adalah seorang muslim yang taat, setidaknya itulah
sosok yang saya kenal dari diri Syafe’i.
Syafe’I adalah seorang
driver yang bekerja lebih dari 20 tahun membawa mobil seorang direktur
utama sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. Hal yang membuat Syafe’I
disukai dalam tugasnya ini antara lain karena sifatnya yang jujur, tidak
banyak bicara dan loyal terhadap majikan.
Amat sulit rasanya
di zaman sekarang ini mencari seorang pegawai seperti Syafe’I yang setia
mengemban tugas yang sama lebih dari 20 tahun. Hal yang menarik dari
diri Syafe’I pun adalah sifat qanaah yang dimilikinya. Gak ngoyo, selalu
merasa puas dengan anugerah yang Allah berikan untuk dirinya dan
keluarga.
Inilah manusia yang kaya pada hakikatnya. Ia
senantiasa merasa cukup atas karunia Allah Swt. Tidak berharap lebih
dari apa yang diberikan.
Pagi itu Syafe’I hendak berangkat
menuju rumah majikannya. Sebelum meninggalkan rumah, Syafe’I dilepas
dengan sebuah keluhan yang meluncur dari mulut istrinya perihal biaya
pendaftaran kuliah anak mereka sebesar Rp 8 juta.
Sang istri
meminta Syafe’I untuk mencari dana sebesar itu, paling tidak dengan cara
meminjamnya terlebih dahulu. Kemudian akan dicicil dari penghasilan
bulanan mereka yang pas-pasan.
“Pak, tolong pinjam dulu kepada
majikanmu dana untuk anak kita kuliah!” pinta istri Syafe’i. Namun
Syafe’I tidak berkata sepatah pun menanggapi usulan istrinya. Ia sadar
bahwa dana sebesar itu baginya akan membuat sulit hidup demi mengangsur
cicilan. Apalagi bila dana itu dipinjam dari bossnya, pasti akan membuat
hubungan menjadi tidak enak.
Syafe’I lebih memilih mengadukan urusannya ini kepada Tuhan manusia, daripada harus diceritakan kepada sesama.
***
Mulai sejak itu, banyak doa yang dipanjatkan Syafe’I kepada Allah Swt
karena hajat anaknya yang ingin kuliah. Rupanya kepasrahan diri kepada
Allah SWT menyelesaikan semua masalah.
“Tidak ada masalah yang besar, semuanya kecil di mata Allah!” gumam Syafe’I membesarkan hati.
Adegan pagi itu sama seperti hari-hari sebelumnya dalam karir Syafe’i.
Ia tengah memegang kemudi mobil membawa majikannya ke kantor. Namun
tiba-tiba pintu ijabah dan keberkahan Allah Swt mulai terbuka untuknya.
Sang majikan tanpa angin tanpa hujan membuka bicara, “Syafe’I, nanti
kalau sudah sampai ke kantor segera kamu ke divisi General Affair
(bagian umum) ya…!
Tanya sama mereka vendor dekorasi mana yang
terbaik menurut mereka! Saya mau renovasi rumah yang di Kebayoran. Bila
bagian GA sudah kasih nama vendornya, segera kontak mereka dan ajak
untuk lihat rumah. Saya minta vendor itu untuk ajukan biaya renovasinya.
Kalau sudah direnovasi saya mau jual rumah itu. Kamu paham gak…?” tanya
sang majikan.
“Saya paham, Pak!” sahut Syafe’I sigap.
Syafei menuruti perintah atasannya. Vendor ia kontak dan diajaknya
untuk melihat rumah majikan yang ada di bilangan Kebayoran. Usai
melihat, mengukur dan meninjau rumah, vendor itu berjanji akan
mengajukan penawaran biaya renovasi dalam beberapa hari. Dan betul
seperti yang dijanjikan, akhirnya pengajuan renovasi rumah itu mereka
buat dan dititip ke Syafei.
***
“Boss, ini pengajuan
renovasi rumah Kebayoran dari vendor kemarin…” kata Syafe’I kepada
majikannya sebelum masuk ke dalam mobil. Majikannya membaca pengajuan
anggaran renovasi di atas mobil. Baru beberapa menit membaca, sang
majikan langsung berkomentar, “Kok mahal sekali ya…, masa hanya renovasi
rumah begitu saja sampai menghabiskan dana lebih dari Rp 200 juta!”
Mendengarnya Syafei menimpal, “Wah mahal betul ya boss…! Kalau boss gak
setuju dengan penawaran vendor itu, saya punya teman pemborong yang
kerjaannya bagus. Insya Allah harga yang ditawarkan jauh lebih murah
dari vendor tadi. Kalo boss masih ragu, semua material boss yang beli,
nanti tinggal bayar jasa pengerjaannya saja” jelas Syafei.
Sang
majikan sudah kenal betul sifat dan watak Syafei. 20 tahun bekerja
adalah bukti kejujuran dan loyalitas yang sudah tidak lagi diragukan.
Tanpa banyak komentar sang majikan meminta Syafei mengajak temannya yang
pemborong itu untuk merenovasi rumah. Benar saja…, renovasi rumah lewat
pemborong teman akrab Syafei hanya memakan dana Rp 60 juta!
Sang majikan senang, karena supirnya telah membuat efisiensi pengeluaran tidak kurang dari 140 juta rupiah.
Kesenangan majikan itu terus berlanjut yang kemudian mempercayakan
Syafei untuk menjual langsung rumah yang baru direnovasi tadi.
Dalam perjalanan di atas mobil menuju kantor sang majikan berkata kepada
Syafei, “Usai ngantar saya, tolong kamu pergi ke biro iklan. Pasang
iklan untuk menjual rumah Kebayoran itu di media-media cetak. Kamu khan
sudah tahu semua spesifikasi rumah… Kontak person di iklan itu kamu saja
Syafei! Terus jangan lupa untuk cantumkan harga penjualan sebesar 2,3
milyar!!!” jelas sang majikan kepada Syafei.
Syafei mengiyakan semua tutur majikannya. Seperti yang diminta beliau, usai mengantar ke kantor Syafei pun pergi ke biro iklan.
Syafei tengah mengisi semua formulir yang perlu diisi di biro iklan.
Dalam lembar formulir itu, ia sebutkan semua spesifikasi rumah
majikannya berikut seluruh fasilitasnya. Tak lupa ia cantumkan nama dan
nomer kontaknya sebagai contact person.
Usai mengisi formulir
iklan itu, maka lembar itu ia serahkan kepada petugas biro iklan.
Petugas itu membacanya dan sejurus kemudian petugas itu melemparkan
sebuah tanya kepada Syafei, “Pak harga jualnya mau dicantumkan gak?” “Oh
iya, tolong cantumkan Mbak…!” sahut Syafei.
“Berapa harga yang
diminta?” kejar sang petugas. Tiba-tiba saja Syafei memegang keningnya
dengan telapak tangan, tidak hanya itu dia mengusap-usap rambut kepala
bagian belakang seperti orang kepusingan. “Celaka, aku lupa berapa harga
yang diminta majikan…! 2,3 M atau 3,2 M ya?!” gumamnya.
Terus
terang Syafei malu untuk menanyakan hal itu kepada majikannya. Nanti
disangka ia teledor dalam bekerja. Lama Syafei mengambil keputusan.
Bahkan ia perlu keluar dari kantor biro iklan itu hanya untuk
mondar-mandir memutuskan antara 2,3 atau 3,2 angka yang hendak
dicantumkan.
Setelah beberapa lama menimbang dan berdoa,
tiba-tiba Allah Swt memberi ketenangan di hati Syafei untuk mengambil
sebuah keputusan. “Aha… pasti 3,2 milyar!!! Lebih bagus 3,2 milyar
dicantumkan daripada 2,3. Sebab kalau betul angka yang diminta majikan
adalah 3,2 M sedangkan yang saya cantumkan 2,3 M maka pasti tekor 900
juta. Siapa yang mau nombokin…?!” gumam Syafei.
Syafei pun masuk kembali ke kantor biro iklan sambil berujar, “Mbak, tolong cantumin harga jualnya sebesar 3,2 milyar!”
Usai membayar dan menerima struk iklan, Syafei pun kembali ke tempat kerja majikannya.
Keesokannya iklan tayang. Tak seperti diduga, 4 perusahaan mengontak
Syafei di hari itu tanda berminat, dan yang paling hebat penawarannya
adalah PT Djarum yang menyatakan minatnya tanpa menawar sedikitpun.
Tentu saja ini adalah kabar gembira dari Syafei untuk majikannya.
***
“Hari ini boss ada waktu gak ke notaris?! Alhamdulillah rumah di
Kebayoran ada yang berminat. PT Djarum mau ambil rumah itu, hebatnya
mereka gak pake nawar lagi” kalimat Syafei membuka pembicaraan di atas
mobil.
Sang majikan surprised mendengarnya, kemudian beliau
bertanya kepada Syafei “Memangnya berapa harga yang kamu tawarkan ke
mereka?”
“Saya cuma kasih harga ke mereka seperti yang boss minta!” jelas Syafei
“Iya, saya tahu tapi berapa harga yang kamu lepas, Syafei?!” tanya sang majikan sekali lagi.
“Mereka saya tawarin harga 3,2 milyar!” imbuh Syafei
Degg…!, sang majikan kaget mendengar harga yang ditawarkan Syafei
kepada pembeli. Padahal kemarin harga yang dia minta hanya 2,3 milyar
bukannya 3,2 milyar. Seolah gak percaya, sang majikan menyediakan waktu
untuk bertemu calon pembeli di notaris hari itu.
Betul saja, rumah itu laku terjual dengan nilai 3,2 milyar rupiah.
Subhanallah…, Syafei sudah memberi keuntungan kepada majikannya
sebanyak Rp 900 juta!!! Belum lagi efisiensi biaya renovasi rumah yang
tidak kurang dari 140 juta rupiah.
Sang majikan mengulum senyum
tanda puas atas dedikasi Syafei. Usai dari kantor notaris, di atas
mobil sang majikan berkata, “Nanti sampai di kantor bilang kepada
sekretaris saya bahwa kamu disuruh saya untuk buat paspor ya! Gak usah
pake nanya macam-macam, pokoknya kamu bikin paspor Syafei!” tegas
majikannya.
Syafei hanya menuruti perintah majikannya.
Belakangan ia tahu bahwa ia mau diajak umrah sama majikannya sebagai
syukuran atas penjualan rumah. Syafei mensyukuri karunia Allah Swt yang
tak terduga ini.
***
Beberapa hari lagi menjelang
umrah, sang majikan berkata kepada Syafei dalam perjalanan pulang menuju
rumah majikannya “Syafei, kita khan mau pergi ibadah umrah meninggalkan
keluarga. Pantang bagi kita orang laki, kalau pergi jauh ninggalin
rumah tapi gak nyisain bekal yang cukup buat keluarga yang ditinggal.
Ini kebetulan ada rezeki. Jangan dilihat besar-kecilnya. Salam saya
buat istri dan anak-anakmu!” Syafei menerima sebuah amplop putih cukup
tebal dari majikannya. Ia berucap hamdalah dan berterima kasih atas
pemberian itu. Usai mengantar majikan pulang, Syafei pun kembali pulang
menuju rumahnya.
Ia sampai di rumah. Dan amplop putih titipan
majikan ia berikan kepada istrinya. Betapa terkejut sang istri begitu
menghitung uang yang diberikan. Jumlah yang cukup banyak untuk sebuah
keluarga supir seperti Syafei. Uang yang berada di amplop tersebut
ternyata berjumlah 8 juta rupiah!!!
Subhanallah…., angka
tersebut rupanya sama seperti kebutuhan keluarga Syafei untuk biaya
daftar anaknya kuliah. Namun yang lebih hebatnya lagi, rupanya Allah Swt
malah mengundang Syafei untuk berangkat umrah menuju rumahNya lewat
cara yang tidak pernah ia duga.
***
Sungguh Allah maha tahu kebutuhan hamba-Nya, bahkan seringkali anugerahNya jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan!
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari
Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman. (QS. 3:171)
Wallahu’alam bishshawab, ..
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ....
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~