gwijaya
Wednesday, February 27, 2013
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Seorang pria bernama Mukhlis tengah
mendekam di Lapas Sukamiskin, Bandung. Bisnis yang begitu menggiurkan
sesaat membuatnya terjerembab hutang hingga lebih dari Rp 2 milyar.
Ia tak sanggup bayar dan perusahaan kreditur pun memperkara-kannya hingga ia dipenjara.
Hari itu adalah Ahad, sudah dua pekan
lebih Mukhlis berada di dalam sel sempit di balik jeruji. Ia merasa
sedih dan kesepian. Kebebasan yang biasa ia hirup sebelumnya kini hanya
tinggal kenangan.
Jangankan untuk bersenang-senang dengan rekan dan sahabat, untuk berkumpul dengan keluarga tercinta saja sudah tidak lagi bisa.
Mukhlis merasa sedih, dan ia berjanji tidak ingin lagi hidup seperti
ini. Berkali-kali dengan mulutnya ia gumamkan doa kepada Allah Sang Maha
Penolong dari balik jeruji agar ia dapat menyelesaikan perkara dan
segera bebas dari penjara dan kembali ke rumah untuk berkumpul bersama
keluarga.
Dalam kesedihan yang Mukhlis alami, tiba-tiba seperti
ijabah doa yang datang dari Allah Swt maka Mukhlis dapati ustadz Iman
sedang berkeliling dari satu sel ke sel lainnya.
Ustadz Iman
adalah pembimbing rohani Islam para tahanan yang kerap memberikan
pelajaran mental bagi setiap tahanan yang ada di Lapas Sukamiskin.
Sepekan dua kali biasanya ustadz Iman datang ke lapas. Demi melihat
datangnya ustadz Iman maka Mukhlis pun memanggil beliau dari balik
jeruji.
Terjadilah obrolan antara Mukhlis dan ustadz Iman.
Banyak nasehat yang disampaikan sang ustadz kepada Mukhlis, termasuk
salah satu nasehatnya adalah agar Mukhlis rajin bersedekah. Ustadz Iman
menyampaikan bahwa sedekah itu menjadi salah satu cara yang membuat
datangnya pertolongan Allah Swt.
Mukhlis meresapi nasehat itu,
maka sejurus kemudian ia bangkit untuk mengambil sesuatu. Ia buka tas
dan dari dalam tas tersebut ia ambil uang sejumlah Rp 1 juta dan ia
berikan kepada sang ustadz.
“Ustadz, mohon salurkan uang ini
sebagai sedekah saya. Terserah ustadz mau berikan kepada siapa ... saya
berharap dengan sedekah ini saya akan mendapat pertolongan Allah seperti
yang ustadz sampaikan kepada saya!”
Sang Ustadz menerima
sedekah Mukhlis. Beliau berjanji untuk menyalurkan sedekah tersebut
selekas mungkin. Tak lupa sang Ustadz mendoakan Mukhlis agar segala
masalah yang ia hadapi diberi kemudahan oleh Allah Swt.
Sejurus kemudian ustadz Iman pun berlalu meninggalkan Mukhlis.
Ustadz Iman kembali ke kampungnya. Sebelum beliau tiba di rumah beliau
menyempatkan untuk mampir di sebuah warung kecil. Beliau membeli sesuatu
di sana. Teringat akan titipan sedekah Mukhlis, maka ustadz Iman pun
berbincang dengan pemilik warung.
“Bu, punten ..., apakah di
warung ini ada orang-orang miskin yang punya hutang dan belum bisa
terlunaskan?!” tanya ustadz Iman kepada ibu pemilik warung.
“Ada ustadz ....! ada beberapa orang susah yang punya hutang di warung saya.” jawab ibu pemilik warung.
“Berapa orang bu kira-kira jumlah mereka dan besaran hutangnya?!” kejar ustadz Iman lagi.
Maka ibu pemilik warung pun menceritakan bahwa ada sejumlah orang
miskin yang berhutang di warungnya, dan itu membuat usahanya sulit
berkembang sebab modal yang ia putar tertahan oleh hutang-hutang mereka.
Sang ibu pemilik warung menyebutkan sejumlah nama, namun setelah
dihitung semua orang itu memiliki jumlah hutang Rp 1,8 juta. Sang ibu
mengutarakan; biasanya mereka berhutang keperluan sehari-hari seperti
sembako, namun rupanya mereka selalu tidak mampu membayar hutangnya
sementara sang ibu tidak tega kalau mendengar mereka mengiba, maka ia
pun memberikan izin kepada mereka untuk berhutang di warungnya.
Usai mendapat penjelasan dari ibu pemilik warung maka ustadz Iman
menjelaskan bahwa ia memiliki titipan sedekah sebesar 1 juta rupiah.
Beliau meminta kepada ibu pemilik warung untuk menghitung siapa saja
kiranya yang bisa ditolong agar terbebas dari hutang.
Sang ibu
pemilik warung amat senang mendengarnya. Maka ia memberikan data
orang-orang susah yang kerap berhutang di warungnya. Setelah dihitung
maka ada 7 nama di antara mereka yang bisa dilunaskan hutangnya dengan
uang sedekah 1 juta rupiah tersebut.
Dengan baca basmalah
ustadz Iman menyerahkan uang sedekah Mukhlis kepada ibu pemilik warung.
Sang ibu berucap syukur dan ia mengangkatkan tangan seraya berdoa kepada
Allah Swt atas anugerah-Nya yang telah menggerakan hati Mukhlis, orang
yang tidak dikenalnya, untuk mau melunasi hutang-hutang orang susah yang
ada di warungnya.
Ibu pemilik warung berjanji kepada ustadz
Iman untuk memberitahukan kepada 7 nama tadi kabar gembira ini. Maka
saat kesemua nama tadi mendapatkan kabar tersebut maka mereka pun
bersyukur kepada Allah Swt dan mendoakan Mukhlis dengan penuh
kesungguhan.
Ina, istri Mukhlis datang berkunjung ke lapas pada
hari Kamis. Ada gurat kegembiraan pada wajahnya. Saat Mukhlis datang di
ruang besuk, maka Ina bangkit dari duduknya dan ia tak kuasa menahan
tangis.
Mukhlis kaget melihat istri tercintanya menangis.
Mukhlis menanyakan apa gerangan namun Ina tidak mampu menjawab apa-apa.
Tubuhnya bergetar dan terlihat banyak air mata yang mengalir di pipinya.
Ina mengeluarkan secarik surat berwarna putih dari tasnya. Surat itu ia
serahkan kepada Mukhlis dan langsung surat itu dibaca.
Tidak
banyak kata dan kalimat tertulis dalam surat itu. Namun demi membaca
surat tersebut, maka Mukhlis pun tertunduk dan mulai meneteskan air mata
haru.
“Allahu akbar .... Allahu Akbar .... Allahu Akbar ....
Alhamdulillah ya Rab b.... sungguh Engkau Maha Penolong dan Maha
Pemurah... Engkau tolong hamba-Mu yang lemah ini untuk keluar dari
masalah” pekik Mukhlis dalam doa.
Dalam surat tertanggal hari
Selasa dua hari yang lalu tertulis bahwa perusahaan tempat Mukhlis
berhutang menyatakan bahwa hutangnya SEBESAR 1 MILYAR RUPIAH TELAH
DIHAPUSKAN!
Mukhlis dan Ina saling berpegangan tangan. Mereka
sungguh bahagia mendengar berita gembira ini. Berita ini sungguh membuat
beban hutang Mukhlis bertambah ringan. Maka usai bertemu dan bertukar
kabar, beberapa saat kemudian Ina pun berpamitan untuk pulang ke rumah.
Keesokannya adalah hari Jumat. Seluruh penghuni lapas bersiap untuk
melaksanakan shalat Jum'at. Saat menanti datangnya waktu Jum'at tiba
Mukhlis mengisinya dengan dzikir dan i'tikaf. Begitu adzan Zuhur
dikumandangkan maka naiklah sang khatib yang tiada lain adalah ustadz
Iman.
Saat menyimak khutbah Jum'at yang disampaikan ustadz Iman
maka air mata Mukhlis kembali menetes deras. Mukhlis mengingat
perjumpaannya dengan ustadz Iman pada hari Ahad lalu dan ia teringat
sedekah satu juta rupiah yang ia titipkan kepada beliau. Sungguh sedekah
itu telah dibayar Allah Swt hanya dalam tempo 2 hari menjadi 1000 kali
lipat.
Saat shalat Jum'at usai, maka Mukhlis mendatangi ustadz
Iman. Ia menyampaikan ucapan terima kasih yang berulang-ulang atas
bantuan ustadz Iman menyalurkan sedekahnya. Ustadz Iman pun kembali
mengucapkan terima kasih.
Beliau sampaikan bahwa pemilik warung
dan 7 orang yang berhutang juga turut berterima kasih kepada Mukhlis
dan mendoakan. Mendengarkan penuturan ustadz Iman kembali air mata haru
mengalir deras di pipi Mukhlis.
Sambil terisak Mukhlis berkata
kepada ustadz Iman, “Ustadz..., janji Allah Swt yang ustadz sebutkan
bagi orang yang bersedekah sungguh kini telah saya rasakan. Sedekah saya
kemarin dalam dua hari sungguh telah Allah bayarkan kepada saya sebesar
1000 kali lipat!”
Mukhlis pun merangkul erat tubuh ustadz
Iman. Kedua manusia itu tak henti-hentinya berucap hamdalah dan
bersyukur kepada Allah Swt. Ada kebahagiaan yang tiada terperi di hati
kedua manusia itu. Keduanya menjadi saksi atas janji Allah, bahwa
masalah yang dihadapi bisa mudah diatasi asalkan kita saling menolong
terhadap sesama
Wallahu’alam bishshawab, ..
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ....
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Title : ... SEBUAH KISAH NYATA, .. JALAN TERANG UNTUK MEMBAYAR HUTANG ...
Description : Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Seorang pria bernama Mukhlis tengah mendekam di Lapas Sukamiskin, Bandung. Bisnis yang begitu menggiurka...
Rating : 5