gwijaya
Tuesday, February 26, 2013
Seorang teman
bertanya dengan nada mengeluh. "Dimana keadilan Allah?" ujarnya, "telah
lama aku memohon dan meminta pada-Nya satu hal saja. Kuiringi semua itu
dengan segala ketaatan pada-Nya. Kujauhi segala larangan-Nya. Kutegakkan
yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah, aku bersujud di
kala dhuha, aku baca kalam-Nya, aku upayakan sepenuh kemampuan mengikuti
jejak Rasul-Nya. Tetapi hingga kini Allah belum mewujudkan harapanku itu. Sama sekali."
Saya menatapnya iba, lalu tertunduk sedih.
"Padahal," lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, "ada teman lain yang aku
tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh.
Akhlaknya kacau, otaknya kotor, bicaranya bocok..tetapi begitu dia
berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah
tersaji. Semua yang dia minta didapatkan. Dimana keadilan Allah?"
Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya. Saya bisa saja
mengatakan, "Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu
menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana
iblis telah terlena..! Jangan heran kalau doamu tidak diijabah.
Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya
anai-anai beterbangan. Mungkin teman yang kau rendahkan itu jauh lebih
tinggi kedudukannya di sisi Allah, karena dia merahasiakan amal
shalehnya."
Saya bisa mengucapkan itu semua. Atau banyak
kalimat kebenaran lainnya. Tapi saya sadar, ini ujian dalam dekapan
ukhuwah, maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih
bermakna baginya daripada sekedar terinsyafkan tapi sekaligus terluka.
Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.
Maka saya katakan padanya, "Pernahkah engkau di datangi pengamen?"
"Maksudmu?"
"Ya, pengamen," lanjut saya seiring senyum, "pernah?"
"Iya, pernah." wajahnya serius, matanya menatap saya lekat-lekat.
"Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenampilan seram,
bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih
mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suara kacau, balau, parau,
sumbang dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali
tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?"
"Segera kuberi uang," jawabnya, "agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi."
"Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, menyanyi dengan sopan
dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang kau lakukan?"
"Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu," dia menjawab sambil
memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu,
"lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi, dan
lagi."
Saya tertawa...
Dia tertawa...
"Kau
mengerti kan?" tanya saya, "Bisa saja Allah juga berlaku begitu pada
kita, para hamba-Nya. Jika ada manusia yang fasik, keji, mungkar, banyak
dosa, dan dibenci-Nya berdoa memohon kepada-Nya, mungkin akan Dia
firmankan pada malaikat: Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak
mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risih mendengar
pintanya."
"Tapi," saya melanjutkan sambil memastikan dia
mencerna setiap kata, "bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang
dicintai-Nya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang
menyempurnakan wajib dan menegakkan yang sunnah, maka mungkin saja Allah
akan berfirman pada malaikat-Nya: Tunggu..! Tunda dulu apa yang menjadi
hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila dimintai. Dan biarlah hamba-Ku ini
terus meminta, terus berdoa, terus menghiba. Aku menyukai doa-doanya.
Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyuk dan
tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak
ingin dia menjauh dari-Ku setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku
mencintai-Nya."
"Oh ya?" matanya berbinar, "betul demikiankah yang terjadi padaku?"
"Hmm...pastinya aku tak tahu." jawab saya sambil tersenyum. Dia
terkejut, segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, "aku hanya ingin
kau berbaik sangka."
Dan dia tersenyum.
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....
Title : CERITA RENUNGAN.
Description : Seorang teman bertanya dengan nada mengeluh. "Dimana keadilan Allah?" ujarnya, "telah lama aku memohon dan meminta pada-N...
Rating : 5