Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Beriman
bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah
tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam
kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah
melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan.
Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan
Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya
Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan
“Jika ada, di manakah Tuhan itu?”
Ketika orang atheist itu
menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum
juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa
orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.
“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai
menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa
menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang.
Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan
sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya
menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan
perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan
juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada
orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi
perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa
ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah
tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa
perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa
bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih
sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”
Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika
Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?”
Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan,
maka Tuhan itu tidak ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu
tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan,
bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa
melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim
berkata.
Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi
pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia
tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin
trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu
sebenarnya ada?
Berapa banyak zat berukuran molekul, bahkan
nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya,
ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan
benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa
banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain)
yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa
frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat
menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia.
Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada
yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran
manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia
sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha
Pencipta!
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi
jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat
tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya.
Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling
lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling
lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya.
Matahari,
dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam
galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”.
Cluster ini
bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara
ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang
bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30
Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang
teleskop tercanggih baru
Bayangkan, jika jarak bumi dengan
matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8
menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun
cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran
ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran
penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan
Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al
Furqoon:61]
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan
raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun,
demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur
lalu lintas laut dan udara.
Sementara tiap kendaraan ada
pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot,
sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh,
ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada
yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar
selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar
tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi
menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada
rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai.
Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi.
Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang
telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing
benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita
yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
[Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra'd:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
Terhadap manusia-manusia
yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada
mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau
Tuhan yang Maha Pencipta:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang
nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah
yang menciptakannya?” [Al Waaqi'ah:58-59]
“Maka terangkanlah
kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah
Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waaqi'ah:63-64]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi'ah:72]
Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat
jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan
yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat
dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi
(beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali
Allah:
“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al
Hajj:73]
Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya
yang menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang
Maha Pencipta ...
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. .. AAMIIN ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~